KEDATANGAN OBAMA DAN SRTATEGI KERJASAMA MILITER INDONESIA – AMERIKA SERIKAT KEDEPAN

Selasa, 21 Desember 2010

Seperti halnya kita sadari bersama bahwa letak geografis indonesia yang berada diantara dua benua dan dua samudra menjadikan posisi Indonesia menjadi negara yang paling strategis dikawasan asia-pasifik. Hal ini kemudian mengundang banyak negara besar yang berkepentingan untuk menjalin kerjasama baik dibidang politik, ekonomi, seta pertahanan keamanan. Khusus mengenai pertahanan dan keamanan sejarah mencatat kerjasama yang cukup erat antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Salah satu peran penting amerika dalam perundingan paska proklamasi kemerdekaan terutama saat pembebasan papua barat menjadi awal hubungan kerjasama yang berlanjut pada bantuan penuh kemiliteran AS terhadap Indonesia demi menjauhkan kawasan asia pasifik dari cengkraman komunisme.

Namun hubungan tersebut sempat mengalami pasang surut, terutama ketika amerika mengeluarkan embargo senjata yang disebabkan konflik internal Indonesia di wilayah Timor-timur di tahun 1999. Indonesia dianggap tidak lagi memenuhi prasyarat yang muncul ditengah perubahan kepentingan AS yaitu penegakan HAM dan demokrasi. Di era embargo kita cukup mengalami kesulitan pengembangan kemiliteran baik dalam bidang pengadaan alutsista maupun pengembangan sumberdaya. Walaupun kemudian hubungan ini kembali membaik setelah pembatalan embargo di tahun 2005 dan kerjasama pemberantasan terorisme.

Belakangan muncul sebuah strategi menggandeng rusia untuk bekerjasama dibidang militer, hal ini dilakukan mengingat hubungan yang cukup erat di era Soekarno dimana Rusia mendukung kekuatan udara Indonesia menjadi salah satu negara terkuat di asia. Di masa kini, Rusia menawarkan bantuan militer sebesar 1milliar USD kepada Indonesia sejak kunjungan Putin ke Jakarta. Namun tidak hanya Rusia saja yang tertarik membangun kerjasama kemiliteran. Melalui Menteri Pertahanan kedua negara menandatangani MOU di tahun 2007 untuk mengembangkan kerjasama militer yang dapat diupayakan sampai kepada proses pengadaan dan alih teknologi militer.

Melihat kenyataan tersebut sepertinya kita harus mendefinisikan kembali strategi hubungan militer kita terutama dengan AS. Seperti apa yang dituliskan Alexandra Retno Wulan pada koran Jurnal Nasional bahwa ada tiga pilihan hubungan militer Indonesia-AS, yang pertama adalah hubungan Indonesia-Amerika Serikat sebagai pengimbang "ancaman" ( balance of threat ). Pola hubungan ini menempatkan negara lain sebagai ancaman bersama bagi Indonesia dan Amerika Serikat. Secara logis pilihan ini akan semakin menguatkan kerjasama militer Indonesia-Amerika Serikat. Apabila pilihan ini yang memang diambil oleh Indonesia, maka Indonesia harus sepenuhnya membenahi berbagai kondisi yang secara tradisional dijadikan prasyarat yaitu penegakan nilai demokrasi dan HAM, termasuk pengusutan tuntas kasus pelanggaran HAM yang dilansir dilakukan oleh militer Indonesia di periode periode sebelumnya. Di sisi lain, Amerika Serikat harus sepenuhnya mendukung militer Indonesia baik dalam hal pengembangan sumber daya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan ( International Military, Education and Training - IMET) maupun dukungan pengadaan alusista melalui program Foreign Military Financing (FMF). Sebagai pembanding, negara dengan pola hubungan ini seperti Filipina menerima rata rata hampir 30% dari porsi anggaran IMET untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik selama 2005-2009.

Pilihan kedua adalah strategi Indonesia sebagai pengimbang kekuatan besar Amerika Serikat ( balance of power ). Pilihan ini tentunya mensyaratkan hubungan Indonesia yang lebih dekat dengan negara besar lain di kawasan untuk mengimbangi kekuatan Amerika Serikat di kawasan. Rusia sebagai salah satu kekuatan besar telah menunjukkan niatan mengembangkan kerjasama militer dengan Indonesia.

Pilihan ketiga adalah strategi berpengaman ( hedging strategy ). Pola hubungan ini adalah pola hubungan jalan tengah yang cenderung dipilih karena tidak ada kepercayaan satu sama lain di kawasan sehingga masing masing berusaha membatasi "kedekatan" militernya denagan negara lain karena dua alasan yaitu agar dapat melindungi diri dari kemungkinan buruk apabila kerja sama dibatalkan atau diarahkan oleh pihak lain sekaligus agar dapat menikmati tawaran dari banyak pihak secara bersamaan.

Pilihan ini penting mengingat strategi pembangunan kekuatan militer kita untuk jangka panjang ditengah proses kemandirian alutsista yang membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Apalagi dalam waktu dekat presiden barack obama berniat melakukan kunjungan ke Indonesia, tentu hal ini dapat dijadikan peluang pembentukan kerjasama kedepan. Hal itu dapat dilakukan tentu setelah kita menyelesaikan pilihan strategi kerjasama kemiliteran kita kedepan.

-എര്സടുഅന് മഹാസിസ്വ-


0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP